Penulis adalah Generasi Milenial Papua yang sementara
sedang menempu Pendidikan di Jawa Timur
PAPUA MILIK SIAPA
Oleh : Arinus Wamang
Artikel : Papua Milik Siapa” Bagi Orang Asli Papua harus menjadi Tuan di negeri sendiri
Juma’t 1 Januari 2021-Jawa Timur
Melihat latar belakang Persoalan Papua dari tahun 1961-1969 sampai tahun 2020 yang sudah memakan banyak korban jiwa Orang Asli Papua OAP. Dibunuh disisksa, di jajah oleh berbagai macam sistem melalui pendekatan, intrumen penguasa untuk merebut kembali Papua dan Sumber Daya Alama Papua (SDA). Perkara ini menjadi refleksi orang Papua agar bisa memandang persoalan Papua secara utuh. Hal tersebut yang kami ketahui merupakan realitas di mana historis Papua memberikan Gambaran bhakan permasalahan-permasalahn yang dihadapi Orang Asli Papua. Sangat beririsan sehngga memumpuk begitu banyak tetapi tidak ada respon pemerintah untuk menyelesaikannya. Maka dapat mengakibatkan terjadi kontradiksi dalam masyarakat adalah akibat karena tidak ada tanggapan, buat aspirasi rakyat dalam menyelesaiakan pelanggaran Hak asasi manusia di Papua. Narasi yang menjelaskan banyak peristiwa pembunuhan orang Asli Papua secara tidak langsung dan kematian tidak wajar, seakan Papua termasuk daerah rawan konflik. Kematian orang Papua awal tahu 2020 hingga perteanggan sampai akhir tahu, juga dilalukan oleh pihak kepolisian, TNI dan instrumen negara, ini. Kemudian, fakta sejarah membuktikan bhawa Indonesia telah memanipulai Sejarah Perjuangan Papua barat agar, Papua tetap menjadi bagian dari Indonesia, selama Presiden Soharto menguasai rezimnnya.
Pada awal Soeharto berkuasa saat itu juga mempermudah investasi masuk untuk menanamkan modalnya di tanah Papua. Dalam catatannya; M.R. Siregar menulis sewaktu PEPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) dilaksanakan di Papua Barat, terdapat 1024 wakil Papua yang dipilih oleh Indonesia untuk menyampaikan keingginnan rakyat Papua Barat kepada PBB melalui utusannya. Dr. Ortiz Shaz. Kel-1024 wakil ini sama sekali tidak dipilih oleh rakyat Papua Barat. Karena Sebelum pelaksaan PEPERA telah diidoktrinasi, bhakan di intimidasi oleh pemerintah RI. Pada saat itu DR. Ortiz Sanz di dalamla laporannya kepada PBB mencatat bhawa pelaksaan PEPERA sebenarnya tidak dilakukan secara bebas dan jujur. Tetapi pada akhirnya toh Papua Barat diserahkan kepada Indonesia melalui campur tangan Amerika. Semua itu dilakukan diluar pengetahuan dan keingginan Bangsa Malanesia di Papua Barat.
Sama persisnya penjajahan yang dihadapi Afrika dalam perkara Diskriminasi Rasial dan Apartehid sebagai kaum yang terlalu memilah siapa yang miskin dan siapa yang kaya, siapa yang hidup dalam kemewahan dan siapa yang hidup dalam kekumuhan, siapa yang layak mendapatkan makanan, pakaian dan pelayanan kesehatan dan siapa yang layak hidup dan siapa yang harus mati. Apartheid adalah sistem diskriminasi dan pemisahan rasis yang berkuasa di Afrika selatan dari tahun 1948 hingga akhir dihapuskan di awal tahun 1990 an. Dengan mengembangkan diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam selama bertahun-tahun, Partai Nasioanl menerapkan Apartheid sebagai model untuk memisahkan pembangunan bagi ras yang berbeda, meski pada kenyataannya kebijakan tersebut hanya bertujuan untuk melindungi kepentingan orang kulit putih (Deskripsi Nelson Mandela). Persoalan Papua sering di tandai dengan Daerah Operasi Militer (DOM) menjadi kontraversial jika penulis melihat pendekatan intrumen negara dalam pengamanan Papua. Sebab akibat adahnya pendekatakan yang tidak sesuai dengan harapan rakyat bangsa Papua Barat, sehingga tidak ada ketidakadilan di Papua, seperti pengunaan senjata yang tidak sah dilakukan secara membabi buta. Dalam hukum internasional menjelaskan menggunakan senjata yang dilarang oleh instrumen internasional. Sebab sebagian besar larangan didalam hukum internasional secara khusus atau dibuat secara terbabatas dalam konteks perang, sebab hal tersebut masuk dalam kejahatan perang (hukum Humaniter). Oleh sebab itu penulis tinjau kembali narasi yang memang sebenarnya sudah memakan, tahun tetapi tidak perna ada respon, postitif dari pemerintah jakarta untuk memberikan solusi bagi Bangsa Papua Barat.
Hancurnya Sumber Daya Alam Papua dan Papua jika menyadari sebagai Para Sarjana orang Asli Papua dan para elit politik selalu memperjuangkan pemerkaran. Tanpa berikir akan terjadi kerusakan tanah Papua dan sumber daya alam Papua tidak tahu akibat dari pada pemekaran akan menimbulkan kerusakan lingkugan hidup bhakan bisa terjadi eksplorasi dan eksploitasi manusia dan hewan-hewan. Sebab hal tersebut kita orang Papua melakukan sehingga dapat mengakibatkan permusuhan dengan alam Papua sendiri. Orang Asli Papua seharusnya memiliki kepercayaan sepenuhnya terhadap diri sendiri dan alam Papua bhawa mereka juga bisa maju, kreatif pandai dan cerdas. Agar supaya Tanah Papua tetap menjadi miliknya Orang Asli Papua sebab pada awalnya orang Papua sudah hidup dalam tradisi kekayaan Alam Papua, sebelumn masuknnya Indonesia ke Papua. Maka orang asli Papua harus berpikir untuk tetap meleastarikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan. Karena hal ini akan memberikan dampak yang signifiikan bagi pelestarian nilai-nilai kultural buat orang Asli Papua kedepannya.
Realita yang penulis mengamati sejauh ini bagaimana permasalah pelanggaran HAM Papua masih belum tuntas hingga saat ini, dan bagaimana respon pemerintah Indonesia terhadap kasus-kasus yang memupuk dan beririsan di tanah Papua sudah melebihi. Sebab perkara tersebut harapan masyarakat Papua itu harus diselesaikan dengan cara yang benar dan tepat. Tetapi tidak melalui pendekatan milisterisktik, pengiriman pasukan TNI dan instrumen negara. Fakta sejarah sudah dapat membuktikan bhawa pemerintah Indonesia menduduki Papua dengan berbagai manipulasi sejarah dan kekerasan militer atas suatu bangsa yang memiliki nilai dan pandangan hidup sendiri. Orang Asli Papua harus bangga terhadap alam kekayaan mereka yang Tuhan sudah memberikan, alam Papua dan sumber daya alam yang dihiasi oleh pepohonan, gunung-gunung yang dapat memberikan keceriaan begitu menawan. Serta mengandunga kekyaan Emas, perak, minya bumi dan lainnya. Membuktikan bhawa Papua bukan tanah yang kosong, tetapi memilik tuan dan keluhurnya, agar dijaga oleh orang Asli Papua OAP. Ketika kita membiarkan tanah Papua maka orang pendatang akan menguasai tempat kita, atau rumah kita melalui jalur transmigrasi untuk menguasai, menduduki tempat kita. Masa depan Papua ada di tangan orang Papua, Papua itu milik orang Asli Papua karena setiap suku, ras, bahasa dan budaya di Indonesia. Memiliki sumber daya alam yang berbedah-bedah yang Tuhan tempatkan manusia dengan masing-masing sesuai dengan adat-istiadat mereka, Orang Asli Papua juga ditempatkan di Ujung Indonesia Timur dengan Sumber Kekayaan Alamnya. Untuk dapat dikelolah sesuai dengan kebutuhan hidup orang Papua.
Narasi tersebut yang penulis sampaikan adalah sebagai bahan refleksi dan penyadaran dalam melihat kebijakn-kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia. Dalam penyelesaiakn perkara orang asli papua tidak begitu signifikan yang benar-benar dirasakan di kalangan masyarakat Papua. Dapat mengakibatkan perebuatan sumber daya alam papua terus terjadi sampai saat ini melalui cara-cara sistematis. Mak dengan demikian, Orang Asli Papua harus menjadi tuan di negeri sendiri dan harus berdikari, untuk merebut kembali tanah Papua. Tanah Papua adalah milik orang Papua, tanah sebagai pemberi kehidupan. Selamat membaca. Semoga bermanfaat. Amole


