Rabu, 04 Oktober 2020
-Arinus Wamang
Lemabaga-lemaga yang didirikan di rana Intelektuan menjadi tren akhir-akhir ini, yang berbasis korupsi. Sedang membunuh watak-watak disebabkan salah dalam kepemimpinan, analisa dari segi pergerakan organisasi lokal, memberikan dampak kurang efesien. Sebab persengkokolan terjadi dalam dinamikas organisasi itu sendiri, hal tersebut berdampak luas bagi kehancuran jalannya prosedur organisasi lokal. Sehingga dengan kemunculan pergerakan kaum Intelektual yang membangun mental korupsi dan mental pejabat, maka tujuan hadirnya visi organisasi itu dicap,korupis, nepotisme dan kolusi. Adapun tujuan organisasi itu tidak nyata untuk pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) karena ulah kaum mafia mencari kuasa dalam menentukan tujuan serta keutungannya, yang menyebabkan kerugian orang lain. Organiasai dikatakan tempat melatih pengetahuan,pergaulan serta pelatihan kepemimpinan untuk membangun negeri, tapi nyatanya organiasai jadikan lahan bisni serta intrumen investasi yang mempermudah kaum mafia menjalankan program sesuka hati. Manfaat dan tujuan organisasi yang dibangun sebagai lembaga independen guna membangun kebersamaan tidak terwujud Visi, Misi yang dilansasi. Dengan demikian, analisa pergerakan Mahasiswa yang sedang menentukan intelektuan memgalami cacat, bhakan kemacetan berpikir.
Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda mempunya peran dan fungsi yang sangat mulia dalam tataran berbangsa, bernegara demi kemajuan suatu daerah, dan bermasyarakat. Sejarah juga membuktikan bhawa mahasiswa memuktikan semangat kemjuan di daerah demi mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Peran dan fungsi tersebut antara lain: Mahasiswa sebagai “Iron stocks” atau gudang calon pemimpin organisasi di masa depan dalam pemajuan membangun negerinya. Mereka dididik perguruan tinggi untuk menjdi seorang calon pemimpin daerah nantinya. Yang layak mengubah organ-organ maupun pemerintahan. Oleh karena itu pergerakan mahasiswa tidak hanya di isi dengan keegoisan, namun dipermatang dan dibekali diri dengan kecerdasan spritual agar menjadi pemimpin yang kuat serta melawan para mafia dalam organisasi dalam berpikir dan bertindak. Karena mahsiswa adalah “social control” yaitu pengontrol kebijakan-kebijak sekaligus pengevaluasi organisasi lokal yang dianggap tidak berpihak pada pembangunan kemanusiaan Mahasiswa.
Ditinjau untuk mensiasati organisasi itu maka perlu penelitian, dan pengapdian dalam penyilidikan kelemahan-kelemahan organisasi agar bisa membenahi jalanya organ tersebut. Karena mahasiswa memilik kemampuan dan keterampilan tersetntu, mempunyai presepsi holistic. Artinya mereka mampu melihat, menafsirkan, dan menyimpulkan gejala sosial secara utuh menyeluruh dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Mereka mampu berpikir kritis, kreatif, spekulatif dan deduktif dan mereka selalu berpikir ke arah perubahan.Oleh karena itu, berdasarkan pengamatan saya terhadap organisasi lokal yang berkembang, mahasiswa yang berbekal intelektual harus berpikir kritis terhadap kondisi sekitarnya, peka, peduli dan haus akan ilmu pengetahuan dan informasi untuk kemudian memberikan apa yang mahasiswa kuasa di rana organisasi kepada masyarakat dan negeri Papua. Demikian, artike pendek saya. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda di blog kami.